الله أكبر الله أكبر الله أكبر
لا إله إلا الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Besar, Allah Maha Besar
Segala puji hanya bagi Allah
Kemarin, 20 September 2009, ummat Muslim di seluruh dunia merayakan Hari Raya 'Idul Fitri. Tidak terkecuali di Indonesia. Tidak seperti biasanya, tahun ini Muhammadiyah, NU dan Pemerintah tidak mengalami perbedaan dalam penentuan 'Idul Fitri. Walaupun ada sebagian aliran yang merayakan hari kemenangan lebih dulu, tapi itu tidak mempengaruhi ni'matnya lebaran tahun ini.
Dan tentunya, saya sebagai orang beragama Islam, turut merayakan hari agung ini. Senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang, karena hari raya kemenangan t'lah tiba. Sedih, karena keutamaan-keutamaan dalam Ramadhan yang tidak dapat kita dapatkan di bulan-bulan yang lain telah pergi. Dan tak diragukan, sebagai muslimah yang tidak berhalangan, saya pasti mengikuti sholat 'Id berjama'ah di lapangan Masjid terdekat. Karena penuhnya halaman masjid, maka akhirnya jama'ah memenuhi jalan.
Sholat 'Id berlangsung hikmat walau panas matahari pagi semakin menyengat. Hanya saja, yang sangat disayangkan, saat khutbah berlangsung, banyak jama'ah yang memutuskan pulang terlebih dahulu karena tidak tahan dengan panasnya cuaca saat itu tanpa memerdulikan khutbah dari imam. Hal ini mengakibatkan kosongnya shaf-shaf sholat di jalan depan. Padahal, khutbah yang disampaikan oleh imam sangat bagus dan berguna bila didengarkan dengan seksama, 'Pendidikan pada Generasi Muda'. Cukup dengan pencerminan dari peristiwa ini, ada satu kesimpulan yang saya ambil. Imam pada sholat berperan sebagai pemimpin yang harus diikuti, dan kini bila khutbah (orasi) yang disampaikan oleh imam sholat saja tidak didengarkan, bagaimana ummat Islam dapat bersatu dengan berpatok pada satu khalifah?
Cukup dengan terik matahari saja, persatuan ummat sudah goyah. Apalagi dengan serangan-serangan dari pihak-pihak yang tidak menyukai Islam, yang tentunya menggunakan strategi-strategi canggih yang seringkali kita, sebagai muslim, tidak menyadari dan justru terlena dengan strategi yang dilancarkan pihak-pihak tertentu yang bertekad menghancurkan semangat jihad ummat Islam.
Harus kita sadari, kini, penjajahan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang kontra-Islam tidak dilakukan secara fisik, tapi secara mental, budaya, cara hidup, dan ideologi. Dan terbukti, strategi mereka berhasil, bahkan di institusi-institusi pendidikan berbasis Islam seperti pesantren dan sekolah-sekolah swasta Islam. Tanpa adanya kurikulum jihad dan peran orang tua dalam penumbuhan semangat jihad, tidak mungkin Islam akan berjaya kembali seperti saat pemerintahan khilafah Utsmaniyah.
Selain melindungi diri dari jajahan pihak kontra-Islam, kita juga harus menyadari bahwa kita harus kembali menanamkan prinsip "لا إله إلا الله" dalam kehidupan kita, bahwa segala yang kita lakukan adalah karena Allah, dan segala yang kita dapatkan adalah dari Allah. Selain itu, kita juga harus menerima seluruh hukum-hukum dari Allah (hukum Islam) tanpa adanya alasan-alasan yang seringkali kita buat-buat untuk menghindar dari hukum tersebut, karena sebenarnya ISLAM adalah RAHMATAN LIL 'ALAMIIN. Tidak ada Islam moderat, Islam Liberal, Islam Ekstrim, atau Islam apapun. Yang ada hanyalah Islam, yang menjalankan seluruh perintah Allah tanpa ada pengecualian.
Selasa, 20 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar