Selasa, 20 Oktober 2009

Let's Run With Jesse Owen

"Pada saat kamu berpikir kamu kalah, maka kamu kalah. Nggak peduli apa pun yang kamu lakukan kemarin, tiap matahari yang terbit menghapus bersih lembaran itu." (Jesse Owens, 1913-1980)

Jesse Owens terlahir sebagai James Cleveland Owens pada 1913 di Alabama dari orangtua petani. Kehidupan seorang petani bagi-hasil sagatlah menyedihkan--tidak lebih baik dari kehidupan seorang budak. Dan untuk memperbaiki keadaan, orangtuanya pindah ke Cleveland, saat dia berumur 8 tahun. Karena dialek selatannya, gurunya salah paham saat dia menyebutkan namanya. Dia mengatakan "J.C. Maam" tapi karena kesalah pahaman itu, gurunya menulis Jesse, dan dia terlalu takut untuk membetulkan.
Walau dalam bidang pelajaran dia bisa dibilang sangat payah, tapi ada satu tempat yang membuatnya begitu menonjol : lintasan lari. "Aku selalu senang berlari," kata Jesse. "Itu adalah sesuatu yang bisa kamu lakukan menggunakan kekuatanmu sendiri. Kamu bisa pergi ke arah mana pun, cepat atau lambat ... melawan angin ... mencari pemandangan baru, hanya dengan kekuatan kakimu dan kemampuan paru-parumu."
Di Sekolah Menengah, Jesse bertemu seseorang yang mengubah hidupnya -- Coach Riley. Dia menjadi mentor Jesse, di dalam dan luar lapangan. Selama beberapa waktu, Jesse kalah di kebanyakan lomba meskipun dia lebih cepat dari lawan-lawannya. Sebelum perlombaan, dia selalu melakukan hal yang pada 1920-an dianggap setara dengan omongan kasar : memelototi lawan-lawannya, berusaha mengintimidasi mereka sebelum perlombaan. Coach Riley cuma memperhatikannya diam-diam. Baru setelah Jesse bertanya, "Kenapa aku tidak bisa menang?" pada hari dia menabrak dinding, pelatihnya itu melakukan hal aneh. Bukannya menjawab, dia malah mengajak Jesse ke pacuan kuda untuk melihat kuda yang sedang berlari. "Apa yang kamu lihat pada wajah mereka?" sang pelatih bertanya. "Aku tidak melihat apapun," jawab Jesse. "Tepat sekali," kata Coach Riley, "kuda-kuda itu jujur. Tidak ada binatang yang berusaha memelototi binatang lainnya supaya tunduk padanya ... kuda-kuda membuatnya mudah karena tekadnya ada di dalam hati, di mana nggak ada seorang pun yang bisa membacanya."
Sejak hari itu, Jesse mengesampingkan emosinya saat berlari, berkonsentrasi pada tubuhnya--bukan lawannya--dan berusaha untuk berlari seperti kuda, dengan kekuatan yang anggun, lancar, dan ringan. Dia mulai menang! Hingga akhirnya, pada olimpiade 1936, dia dipilih menjadi anggota tim atletik Olimpiade Amerika Serikat dan naik kapat yang akan membawanya ke Eropa untuk mengikuti Olimpiade. Jesse merasakan tekanan kompetisi, ras, dan ketenarannya yang luar biasa di Olimpiade saat itu. tapi dia ingat pelajaran Coach Riley. Dia menjaga emosinya tetap terkontrol, dan dia memenangi empat medali emas untuk AS dalam lari cepat 100 m, lompat jauh, lari 200 m, dan lari estafet 400 m.
Pada 1970-an dia menjadi aktivis yang memperjuangkan persamaan rasial, persamaan hukum kependudukan untuk orang-orang kulit hitam, dan, sebagai penasihat Liga Bisbol Amerika, mendorong para pemilik tim untuk mempekerjakan manajer-manajer berkulit hitam.

Satu hal penting yang bisa kita teladani dari perjalanan karir Jesse adalah bahwa jika kita ingin mencapai sesuatu, maka kita harus memantapkan tekad kita dan fokus pada tujuan kita, tanpa berusaha untuk mengintimidasi orang lain. Bukanlah sesuatu yang penting untuk menggugurkan lawan, tapi yang lebih penting adalah bagaimana cara kita agar dapat sampai pada tujuan yang kita inginkan.
Dan selain itu, jangan selalu terbayang-bayang oleh pengalaman masa lalu yang membuat kita takut mengambil tantangan baru. Risiko pasti selalu ada, tapi disamping risiko ada petualangan yang dapat kita temukan. Jadikan matahari yang terbit di pagi hari sebagai awal bagi kita untuk menemukan petualangan baru yang dijalani dengan penuh semangat.

"Tidak peduli betapa banyaknya hal buruk di sekitar kita, cara terbaik untuk menyingkirkannya adalah dengan menampakkan kebaikan. Jangan cuma memangkas akar kejahatan. Mereka tembus sampai ke Negeri Cina. Tanamlah di sebelah prasangka sebuah pohon yang akan tumbuh begitu besar dan tinggi hingga diskriminasi akan layu dan mati dengan sendirinya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar